Senin, 09 Mei 2016

BandiCam



Tampilan Bandicam































Pengaturan, untuk mengatur penggunaan bandicam
 








Rounded Rectangle: Tampilan  Tatap Muka Sederhana








Mode untuk perekaman game dan pemutar video dengan directX
 
Tombol untuk mulai merekam dan memberhentikan
 


Untuk menampilkan tampilan sederhana dengan menutup bagian pengaturan
 
Mode untuk merekam aktivitas layar di desktop
 



Untuk membuka direktori hasil akhir video
 

Untuk melihat langsung hasil rekaman
 








Tombol untuk mengambil gambar
 
Pengaturan
 
Ukuran layar
 
Untuk penggunaan mode layar penuh
 









Setting Penggunaan Bandicam
1.      Bukalah jendela “Pengaturan Rekaman” dengan memilih tab Video di jendela Bandicam, kemudian ceklis pada kotak di bagian “Rekam”
·         ‘Tombol rekam/berhenti’ agar dapat memberhentikan atau merekam dengan menggunakan tombol F12
·         ‘Tombol jeda’ agar dapat menjeda rekaman dengan menekan Shift+F12
·         ‘Tampilkan kursor mouse’ agar saat merekam mouse tetap dapat terlihat
·         ‘Tambahkan efek klik mouse’ agar dapat memberikan efek saat merekam adegan klik mouse.

























                                                                                                                       
2.      Setelah mengatur pada bagian “Rekam”, sekarang atur pada “Pengaturan Rekam” di bagian “Rekam” juga. Klik tombol pengaturan lalu akan muncul tab “Pengaturan Rekam”. Jika saat merekam suara juga ingin ikut terekam maka pastikan untuk menceklis pada kota ‘Rekam Suara’ dan ‘Simpan rekaman suara ketika merekam’.




































3.      Pengaturan untuk merekam selesai.
Cara Merekam Menggunakan Bandicam

1.      Buka layar Bandicam lalu klik tab “Mode Perekaman Layar”











                                                                                                                                                                             

2.      Setelah mengklik tab tersebut akan muncul jendela untuk merekam seperti berikut








                                                                                                                                                                            
             Jika ingin merekam layar dengan mode layar penuh maka klik gambar kotak di    sebelah kiri atas sehingga tampilan jendela merekam menjadi seperti ini :
                                                                                                                                                               


Atau bisa juga mengatur lebar jendela rekam dengan menarik ujung-ujung jendela sesuai dengan yang kita perlukan.

3.      Setelah mengatur jendela rekamnya, tentukan dan siapkan apa yang akan direkam di layar desktop. Setelah siap, mulai rekam dengan menekan tombol                                         REC pada jendela rekam


Atau menekan tombol record di jendela utama Bandicam

 




4.      Saat mulai merekam, jendela rekam yang terlihat akan berubah menjadi warna merah






                                        
5.       Untuk menghentikan rekaman klik tombol        pada jendela rekam




Atau dapat juga menggunakan tombol stop di jendela utama




                                                                                                                                                               

6.       Untuk melihat hasil rekaman, kita dapat mengklik gambar folder atau mengklik tab “Hasil Akhir”.








Minggu, 08 Mei 2016

Makalah BTR

Makhluk hidup yang ada di bumi memiliki jumlah yang banyak sekali dan jenisnya pun beraneka ragam. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup memiliki hasrat dan keinginan untuk menggolong – golongkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Hal tersebut merupakan naluri yang dibawa manusia sejak ia dilahirkan, dan sejak awal manusia telah berusaha untuk memahami bahwa beranekaragam tumbuhan ada di bumi kita. Kesadaran dan usaha inilah yang melahirkan salah satu cabang ilmu biologi yang disebut sebagai taksonomi atau sistematik.
Taksonomi atau sistematik tumbuhan menjadikan tumbuhan sebagai obyek studinya, baik tumbuhan yang sekarang masih hidup maupun tumbuhan dari masa lampau yang sekarang tinggal ditemukan sisa-sisanya dalam bentuk fosil, atau “cap”-nya pada batuan. Menghadapi obyek yang demikian besar jumlah, macam, dan ragamnya, tentulah kita harus terlebih dahulu menyederhanakan obyek studi agar lebih mudah penanganannya. Obyek yang besar itu dipilah-pilah, dikelompok-kelompokkan menjadi kelas-kelas atau golongan atau unit-unit tertentu. Unit-unit inilah yang disebut dengan istilah takson, dan pembentukan takson ini disebut klasifikasi.
a. Pengertian Taksonomi, Sistematik, dan Klasifikasi
Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari identifikasi, tatanama, dan klasifikasi, yang biasanya  terbatas pada obyek biologi, bila terbatas pada tumbuhan sering disebut sistematik tumbuhan. Unsur utama yang menjadi lingkup taksonomi tumbuhan adalah pengenalan yang di dalamnya tercakup pemberian nama dan penggolongan. Sistematik diberi batasan sebagai ilmu yang secara ilmiah mempelajari tentang macam-macam dan keanekaragaman organisme serta hubungan kekerabatan di antara mereka.
Klasifikasi adalah penyusunan tumbuhan secara teratur ke dalam suatu sistem hierarki. Sistem penyusunan ini berasal dari kumpulan informasi tumbuhan secara individual, dengan hasil akhir yang menggambarkan hubungan kekerabatan. Klasifikasi yang bertujuan untuk menyederhanakn obyek studi pada hakekatnya adalah mencari keseragaman dalam keanekaragaman. Betapapun besarnya keanekaragaman yang diperlihatkan oleh suatu populasi, pastilah dapat ditemukan kesamaan cirri atau sifat-sifat tertentu di antara warga populasi tersebut.
Identifikasi adalah penunjukan, ketentuan, atau pemastian nama yang benar dan penempatannya di dalam sistem klasifikasi.
b. Hubungan Taksonomi dengan Ilmu Pengetahuan Lainnya
            Mata rantai hubungan ilmu-ilmu lain dengan taksonomi tidaklah hanya masalah nama, peraturan pemberian nama yang benar secara internasional dan penggolongan saja, melainkan juga dalam menentukan hubungan kekerabatan antar tumbuhan. Sehingga ini penting untuk ilmu-ilmu terapan, seperti pertanian, kehutanan, farmasi, dan ilmu lainya. Penggolongan tumbuhan harus dilengkapi dengan suatu dasar yang mantap dari ilmu-ilmu yang termasuk biologi.
            Taksonomi merupakan dasar dari ilmu-ilmu lain, tetapi perkembangan taksonomi juga terhantung pula dari perkembangan ilmu-ilmu tadi. Klasifikasi yang baik dapat merupakan pedoman pencarian masalah-masalah penelitian biologi, serta bidang-bidang ilmu yang terkait lainnya. Oleh karena itu, para ahli taksonomi mempunyai tanggung jawab berat dalam membuat sistem klasifikasi yang dapat menjadi pedoman secara umum bagi ilmu lainnya. 
           
c.  Sistem Klasifikasi dalam Sejarah Perkembangan Taksonomi Tumbuhan
 Perbedaan dasar yang digunakan dalam mengklasifikasikan tumbuhan memberikan hasil (sistem) yang berbeda-beda pula, sehingga terbentuk sistem klasifikasi yang berlainan pada waktu yang berbeda-beda. Pada zaman dahulu kegiatan klasifikasi, didasarkan atas kesamaan ciri-ciri yang langsung terkait dengan kehidupan manusia, misalnya atas dasar manfaatnya, yang menghasilkan kelompok tumbuhan penghasil bahan pangan, sandang, penghasil obat dan seterusnya. Selanjutnya mendasarkan pengelompokan berdasarkan ciri-ciri lain yang mudah dilihat dan diamati dengan mudah seperti perawakan (habitus) tumbuhan. Berdasarkan habitus ini maka dikelompokkanlah : pohon (arbor) yaitu tumbuhan yang tinggi, besar dan berumur panjang, tumbuhan yang lebih kecil disebut semak frutex) dan yang kecil dan berumur pendek termasuk terna (herba).
Sesuai dengan kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi, klasifikasi tidak lagi hanya didasarkan pada karakter morfologi tetapibukti lain yang diperoleh dari kajian anatomi, fisiologi, palaeobotani, geografi tumbuhan, genetika, data molekuler dan bukti-bukti lainnya.
Sampai sekarang dalam dunia taksonomi tumbuhan dikenal berbagai sistem klasifikasi, yang masing-masing diberi nama menurut tujuan yang ingin dicapai atau dasar utama yang merupakan landasan dilakukannya pengklasifikasian. Sistem klasifikasi yang bertujuan praktis dengan tekanan utama pada tercapainya tujuan penyederhanaan obyek studi dalam bentuk suatu ikhtisar ringkas disebut dengan sistem buatan atau sistem artifisial. Semua sistem klasifikasi yang diciptakan pada awal perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan sampai kira-kira pertengahan abad ke-19 yang lalu dapat dikualifikasikan sebagai sistem buatan. Kemajuan dalam ilmu kimia semakin lebih banyak dapat mengungkap zat-zat apa saja yang terkandung dalam tubuh tumbuhan atau organ-organnya, sehingga dihasilkanlah klasifikasi berdasarkan kesamaan kandungan zat-zat kimia tertentu. Sehingga dari sini muncullah kajian kemotaksonomi.
Akhir-akhir ini telah berkembang suatu aliran yang dikenal sebagai taksimetri atau taksonometri yang berupaya menentukan hubungankekerabatan antara takson tumbuhan dan klasifikasi secara numeric dengan penerapan analisis kelompok (cluster analysis) dengan dasar karakter-karakter kuantitatif.
Dalam garis besarnya, menurut sejarah sistem klasifikasi dari masa ke masa  dibedakan menjadi:

1.      Sistem klasifikasi buatan/artificial
Klasifikasi yang didasarkan pada satu atau dua ciri morfologi yang mudah dilihat yang tujuan utamanya adalah untuk mempermudah pengenalan tumbuhan. Terdiri dari dua periode yaitu:
a.        Periode Sistem Habitus,
Dalam periode ini sistem klasifikasinya didasarkan pada habitus, yaitu kesan keseluruhan yang nampak dari suatu tumbuhan. Periode ini kira-kira berlangsung abad ke-4 sebelum Masehi sampai abad ke-17. Taksonomi tumbuhan sebagai ilmu pengetahuan baru dianggap dimulai dalam abad ke-4 sebelum Masehi oleh orang-orang Yunani. Menurut sistem ini, tumbuhan digolongkan menjadi :
1.      Pohon
2.      Perdu
3.      Semak
4.      Herba
5.      Tumbuhan memanjat dan sebagainya.
dan dipelopori oleh Theophrastus (370 - 385 S.M.) dan juga diikuti oleh kaum herbalis serta ahli-ahli botani, yang terus digunakan sampai selama lebih 10 abad. Tokoh lain pada periode ini adalah Albertus Magnus (1193-1280), Otto Brunfels (1464-1534), Jerome Bock (1489-1554), Andrea Chaisalpinus (1519-1602), Jean Bauhin (1541-1631), Josep piton De Turnetor (1656-1708), Jhon ray (1628-1705) dan lain lainnya yang mengajukan gagasan baru tentang dasar klasifikasi tumbuhan.

Berikut adalah pengenalan singkat tehadap beberapa tokoh pelopor sistem klasifikasi buatan:
1. DIOSCORIDES (50- 7). Kendatipun tidak mengenal karya Theophrastes, namun dia  menyatakan   bahwa pentingnya pemberian candra atau deskripsi bagi setiap tumbuhan di samping pemberian namanya.
2. PLINIUS (23-79) hanya menghasilkan karya-karya yang merupakan kompilasi dari karya-karya yang telah terbit sebelumnya ditambah dengan bahan-bahan dari dongeng atau legenda dikalangan rakyat. Ia berpendapat, bahwa semua tumbuhan di bumi ini diciptakan Tuhan untuk kepentingan manusia. Sistem klasifikasi yang diikuti Plinius adalah sistem Dioscorides yang telah membedakan pohon-pohonan, bangsa gandum, sayuran, tanaman obat-obatan, rumput-rumputan dan seterusnya.
3. MAGNUS (1193-1280) adalah tokoh yang menonjol dalam masa abad pertengahan yang dianggap telah dapat membedakan Monocotyledoneae dari Dicotyledoneae.
4. O. BRUNFELS (1464-1534), kaum herbalis yang telah menghasilkan karya tentang terna yang dihiasi gambar. Sebagian besar dari karyanya merupakan bahan-bahan kompilasi dari karya-karya Theophrastes, Dioscorides dan Plinius. Ia tercatat sebagai orang pertama yang membedakan golongan Perfecti (tumbuhan yang menghasilkan bunga) dan Imperfecti (tumbuhan yang tidak menghasilkan bunga).
5. J. BOCK (1489-1554) (HIERONYMUS TRAGUS) seorang herbalis, yang masih menggolongkan tumbuhan menjadi terna, semak, dan pohon, tetapi mengaku telah berupaya untuk menempatkan tumbuhan yang menurut anggapannya sekerabat dalam kategori yang sama.
6. L. FUCHS (1501-1566), seorang Guru Besar ilmu kedokteran di Tiibingen, Jerman Barat, yang terkenal dengan karya-karyanya dalam bidang ilmu tumbuhan yang tenar pada masanya.
7. R. DODONEUS (1516-1585), seorang dokter kelahiran Mechelen, Belgia. Pernah menjelajahi Perancis, Jerman, dan Italia. Ia merupakan penulis Het Cruyde hoek yang pada masanya sangat mashur dan berkali-kali dicetak ulang.
8. M. de L'OBEL (1538-1616), yang dalam menulis sering menggunakan nama  LOBELIUS menulis buku ilmu tumbuhan bergambar yang sangat tenar pula pada masanya.
9. J. GERARD (1545-1612), berkebangsaan Inggris, pernah mengadakan perjalanan di Denmark dan Rusia, pemilik sebuah kebun botani di London dan penulis sebuah karya besar tentang ilmu tumbuhan.
10. C. L'CLUSE (CLUSIUS) (1526-1609), berkebangsaan Belgia dengan tujuan mendalami botani telah menjelajahi sebagian besar benua Eropa, pernah mengabdi di lingkungan kekaisaran di Wina di samping menjabat direktur Kebun Raya di Schonbrunn (Wina), sejak 1593 menjadi Guru Besar di Leiden (Negeri Belanda) sampai ajalnya. Ia menghasilkan sejumlah besar karya dalam bidang Ilmu tumbuhan.
Banyak di antara kaum herbalis yang namanya diabadikan sebagai nama tumbuhan. Perhatikan misalnya nama-nama suku: Gesneriaceae, Lobeliaceae, Clusiaceae, dan nama-nama marga: Fuchsia, Gesneria, Lobelia, Gerardia, Clusia, dan Furtadoa dan sebagainya.

Mulai berakhirnya abad ke-16, di samping tujuan praktis untuk upaya mencari asas-asas baru dalam mengadakan klasifikasi tumbuhan, membentuk golongan-golongan yang bersifat alami terutama dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian dari bidang morfologi telah dilakukan dan dipelopori oleh:
1.      CAESALPINUS (1519-1602), yang merupakan ahli ilmu tumbuhan berkebangsaan Italia dan sering disebut sebagai ahli taksonomi tumbuhan yang pertama. Karyanya yang berjudul de Plantis, memuat suatu bab tentang dasar-dasar klasifikasi, berdasarkan sifat buah dan biji.
2.      J. BAUHIN (1541-1631), seorang dokter berkebangsaan Perancis yang menerbitkan karya tulis bergambar yang komprehensif, berjudul Historia Plantarum Universalis yang memuat candra (deskripsi) dan sinonima sekitar 5.000 jenis tumbuhan.
3.      BAUHIN (1560-1624), adik J. Bauhin, menerbitkan bukunya yang berjudul Pinax Theatri Botanici yang memuat nama dan sinonima sekitar 6.000 jenis tumbuhan. Ia adalah orang pertama yang memprakarsai pemberian nama ganda bagi tumbuhan, te1ah membedakan kategori marga dan jenis.
4.      R. MORISON (1620-1683), Guru Besar ilmu tumbuhan di Universitas Oxford, Inggris, penulis Plantarum Historia Universalis Oxoniensis yang sangat mashur pada waktu itu. Ia pernah pula menjadi pemimpin Kebun Raya milik Pangeran Gaston de Bourbon di Blois, Perancis.
5.      RIVINUS (A. BACHMANN) (1652-1723), Guru Besar Iimu Tumbuhan di Leipzig, Jerman Timur, bersama dengan de Tournefort, konseptor untuk pengertian marga (genus).
6.      J.P. de TOURNEFORT (1656-1708), berkebangsaan Perancis, pada usia 21 tahun telah menjadi Guru Besar IImu Tumbuhan di Paris. Ia telah menjelajahi Eropa dan Asia. Ia membuat sistem klasifikasi berdasarkan sifat-sifat bunga. Sistem klasifIkasi de Tournefort dan diterima baik di seluruh Eropa dan Perancis.
7.      J. RAY (1628-1705) adalah seorang filsuf berkebangsaan Inggris. Selain filsuf ia adalah seorang ahli agama dan pencinta alam. Dalam bukunya Methodus Plantarum ia mengusulkan klasifikasi gabungan pendahulunya seperti Magnus, Caesalpinus, Malpighi, dan Gerard berdasarkan kesamaan bentuk, dan membedakan tumbuhan berkayu dan yang berbatang basah.

b.      Periode Sistem Numerik
Periode ini dimulai kira – kira pada permulaan abad ke – 18. Dalamperiode ini sistem  klasifikasi tumbuhan ditandai dengan sifat sistem yang murni artifisial, yang sengaja dirancang sebagai sarana pembantu dalam identifikasi tumbuhan. Dapat juga dikatakan bahwa sistem klasifikasinya didasarkan pada jumlah-jumlah dan susunan alat kelamin tumbuhan, disebut juga sistem seksual. Penciptannya adalah Carolus Linnaeus (1707-1778). Linnaeus membagi tumbuhan menjadi 24 kelas diantaranya Monandria ( golongan tumbuhan dengan satu benang sari), Diandria (golongan tumbuhan dengan dua benang sari) dan seterusnya. Tokoh lain yang dikenal dalam periode ini adalah Petter kalm (1716-1779), Fredrik Haselquist (1723-1752) dan Petter Thunder (1743-1828).
K. LINNE (CAROLUS LINNAEUS) (1707-1778), yang dilahirkan pada tanggal 23 Mei 1707 di Rahult, Swedia Selatan. Linnaeus menerbitkan Hortus Uplandicus edisi baru yang disusun menurut sistem yang dikenal sebagai "sistema sexuale" atau sistem seksual. Untuk membiayai penerbitan naskahnya yang membuat Linnaeus kemudian menjadi mashur yaitu Sistema Naturae yang memuat dasar-dasar untuk pengklasifikasian tumbuhan, hewan, dan mineral. Pada tahun 1737, Linnaeus menerbitkan Genera Plantarum dan Flora Lapponica di Negeri Belanda. Selanjutnya Linnaeus menerbitkan Species Plantarum yang terbit Mei 753. Pada tahun 1775 ia mengundurkan diri sebagai Guru Besar, dan tiga tahun kemudian meninggal (10 Januari 1778) setelah menderita sakit selama kira-kira dua tahun. Sistem klasifikasi tumbuhan yang diciptakan oleh Linnaeus masih dikategorikan sebagai sistem artifisial. Nama sistem sexual sebenarnya tidak begitu tepat, karena pada dasarnya sistem ini tidak ditekankan pada masalah jenis kelamin, tetapi pada jumlah alat-alat kelamin yaitu jumlah benang sari, seperti nama-nama Monandria (berbenang sari tunggal), Diandria (berbenang sari dua), Triandria (berbenang sari tiga) dan seterusnya. Itulah sebabnya sistem klasifikasi tumbuhan ciptaan Linnaeus ini dikenal pula sebagai "sistemnumerik". Tanggal 1 Mei 1753 menjadi pangkal tolak berlakunya tatanama tumbuhan. Tidak tepat bila Linnaeus dianggap sebagai pencipta sistem tatanama ganda karena Caspar Bauhin , yang dalam bukunya, Pinax Theatri Botanici tahun 1623 telah menerapkan sistem tatanama ganda tersebut. Barangkali karena kebesaran nama Linnaeus dalam bidang taksonomi, dan karena Linnaeus-lah yang pertama, secara konsisten menggunakan nama ganda itu untuk jenis tumbuhan dalam bukunya Species Plantarum tadi, maka nama Bauhin menjadi tersisihkan. Raja Swedia menganugerahkan gelar bangsawan dengan mengubah namanya menjadi Karl van Linne. Linnaeus mendapatkan gelar sebagai "Bapak taksonomi (baik untuk tumbuhan maupun hewan).

2.      Sistem Klasifikasi Alam
Klasifikasi yang didasarkan pada hubungan kekerabatan yang ditunjukkan oleh banyaknya persamaan bentuk yang terlihat, sehingga dapat disusun takson-takson yang bersifat alami. Sistem ini dikatakan alami karena dianggap menceminkan keadaan yang sebenarnya seperti terdapat di alam. Kesadaran mengenai adanya hubungan kekerabatan disebabkan oleh bertambahnya ilmu pengetahuan tentang fungsi dan morfologi dari organ tumbuhan serta kemajuan ilmu pengetahuan optic sehingga pengamatannya lebih seksama dibandingkan periode sebelumnya. Tokoh-tokoh terkemuka pada periode ini antaralain : Lamarck (1744-1829) Michel Adenson (1727-1826) dan Antoine Laurent De Jussieu (1748-1836) yang membagi tumbuhan menjadi : Acotyledonae, Monocotiledonae, dan Dycotiledonae. Sistem De Jussieu ini kemudian disempurnakan oleh tokoh-tokoh lain seperti ; Augustine Pyrame De candole (1778-1884) Sir Jhoseph Dalton Hooker (1817-1819) dan George Bentham (1800-1884).

Berikut ini adalah pengenalan singkat beberapa tokoh – tokoh yang terkenal pada periode ini :
1. M. ADANSON (1727-1806). Ia adalah seorang ahli iImu tumbuha berkebangsaan    Perancis dan seorang anggota Akademi ilmu Pengetahuan di Universitas Sorbonne, Paris. Sumbangannya yang utama adalah penolakan semua sistem artifisial, menggantikannya dengan sistem alam termasuk orang yang pertama-tama mengadakan eksplorasi tumbuhan di daerah tropika. Dalam bukunya Families des fiances ia telahmembedakan dan mendeskripsi unit-unit yang sekarang kita kenal sebagai bangsa (ordo) dan suku (familia).
2. G.C. OEDERS (1728-1791), seorang ahli taksonomi tumbuhan berkebangsaan Denmark yang antara lain telah menulis flora Sleeswijk - Holstein Denmark.
3. J.B. de LAMARCK (1744-1829), seorang ahli ilmu hayat berkebangsaan Perancis, yang bagi para ahli taksonomi tumbuhan dikenal sebagai penulis Flora Francoise yang ditulis berupa kunci identifikasi tumbuhan di Perancis. Asas-asas dan konsep mengenai sistem alam Lamarck juga dikenal sebagai penulis Philosophie Zoologique clanEchelle Animale clan dianggap sebagai salah seorang perintis lahirnya teori evolusi.
4. DE JUSSIEU bersaudara: Antoine de Jussieu (1686-1758), Bernard de Jussieu (1699-1776), Joseph de Jussieu (1704-1779) merupakan ahli taksonomi tumbuhan yang kenamaan. Bernard menyusun kembali tumbuhan yang terdapat di Kebun Raya di Trianon menurut suatu sistem ciptaannya sendiri, yang mirip dengan sistem Linnaeus dalam karyanya yang berjudul Fragmenta Methodi Naturalis dan sistem Ray dalam bukunya Methodus Plantarum.
5. JOSEPH(1709-1779), yang termuda dari ketiga de Jussieu bersaudara itu tinggal bertahun-tahun di Amerika Selatan yang menjadi gila karena koleksi yang ia kumpulkan dan ia himpun selama 5 tahun hilang dengan tenggelamnya kapal yang membawa koleksinya dari Amerika ke Eropa.
6. AL. de JUSSIEU (1748-1836) adalah kemenakan Bernard yang pada usia 15 tahun telah dipanggil untuk membantu pamannya itu. Pada usia 25 tahun AL. de Jussieu telah mempublikasikan karyanya yang pertama yang memuat usul sistem klasifikasi tumbuhan yang baru. Saran klasifikasi tumbuhan dari AL. de Jussieu terdiri atas Acotyledoneae, Monocotyledoneae dan Dicotyledoneae. AL. de Jussieu, yang seperti pamannya (Bernard de Jussieu) pun menjadi pemangku jabatan Guru Besar, juga dikenal sebagai penulis berbagai monografi dan pendiri Museum Ilmu Hayat (Musee d'Histoire Naturelle) di Paris.
7. AUGUSTIN PYRAMUS DE CANDOLLE (1778-1841), yang adalah mood RL. Desfontaines (1752-1833) yang bertahun-tahun menjabat Guru Besar ilmu tumbuhan di Paris dan direktur Kebun Raya di sana,penulis Flora Atlantica dan berbagai publikasi lainnya. De Candolle sendiri kemudian menjadi Guru Besar di Montpellier (perancis) dan akhirnya di Geneva (Swis). Ia menjadi sangat mashur sebagai pemrakarsa dan penulis sepuluh jilid pertama sebuah karya monumental yang berjudul Prodromus Sistematis Naturalis Regni Vegetabilis. Perevisi edisi ke-III karya LamarckFlora Francoise. Dan pencipta sistem klasifikasi tumbuhan yang disebut menurut namanya (sistem de Candolle), yang dalam banyak hal mirip sistemnya de Jussieu, tetapi jauh lebih luas. Ia juga berpendapat, bahwa sifat-sifat anatomi dapat dijadikan dasar klasifikasi yang lebih kuat dari pada sifat-sifat fisiologi.
8. ALPHONSO DE CANDOLLE (1806-1893), Ia menulis buku-buku Suites au Prodromus dan penyunting kelima jilid buku-buku yang merupakan kelanjutan Prodromus yang diprakarsai ayahnya.
9. CASIMIR DE CANDOLE (1836-1918) adalah anak Alphonso yang menulis berbagai monografi antara lain tentang Meliaceae dan Piperaceae, dan bertindak sebagai editor untuk menyelesaikan keempat jilid Suites au Prodromus yang masih tersisa.
10.ROBERT BROWN (1773-1858) adalah kolektor tumbuhan dan penulis berbagai publikasi yang penting. Sekalipun ia sendiri tidak menciptakan suatu sistem klasifikasi, tetapi karya – karyanya mempunyai pengaruh yang besar terhadap sistemsistem klasifIkasi tumbuhan yang diciptakan kemudian. Ia telah menunjukkan bahwa Gymnospermae merupakan golongan tumbuhan yang ditandai dengan adanya bakal biji yang telanjang dan harus dipisahkan dari Angiospermae. Ia juga merupakan orang pertama yang menjelaskan morfologi bunga dan penyerbukan pada Asclepiadaceae dan Polygalaceae. Ia pun dikenal sebagai penemu suatu fenomena yang hingga sekarang kita kenaI sebagai "gerakan Brown".
11. dan lain – lain


3.      Sistem Klasifikasi Filogenetik
Klasifikasi yang didasarkan pada jauh dekatnya hubungan antara takson satu dengan takson lainnya. Sistem klasifikasinya didasarkan pada filogenik takson-takson mengikut sertakan teori evolusi. Takson-takson yang dibentuk ditempatkan dengan urutan yang dari segi filogenik mempunyai tingkatan yang rendah (primitive) sampai ketingkatan yang tingg i(maju). Periode ini bertahan dari abad 9 hingga sekarang, merupakan salah satu akibat logis timbulnya teori yang dipelopori oleh Jean Babtisek Lamarck (1744-1824) disusul oleh Charles Darwin dengan karyanya On The Origin of Species by Means of Natural Selection  (1859). Tokoh-tokoh yang terkemuka pada periode ini antara lain: August Wilham Eichler (1839-1887) Ia membagi tumbuhna menjadi: Cyptogamae,Thalophyta, Bryophyta, Ptheridophyta dan Phanerogamae (Spermathophyta) masing-masing golongan dibagi lagi menjadi takson-takson yang lebih rendah. Sistem ini kemudian disempurnakan lagi oleh tokoh-tokoh lain seperti; Adolph Engler (1844-1930), Richart Fon Wettstein (1862-1931) Charles E. Bessay (1845-1915) dan Hans Hallier (1868-1932).

Beberapa pengenalan tokoh – tokoh pelopor sistem klasifikasi filogenik yaitu :
1.      ALEXANDER BRAUN (1805-1877) adalah seorang ahli ilmu tumbuhan berkebangsaan Jerman, yang berturut-turut pernah menjadi Guru Besar di Karlsruhe, Freiburg, dan Giessen, dan sejak 1851 menjadi Guru Besar di Berlin dan direktur Kebun Raya yang abadi di kala itu. Ia dikenal sebagai pakar morfologi dan pengenal baik "Flora Eropa Tengah", penulis berbagai publikasi terutama mengenai tumbuhan tingkat rendah. Secara filogenetik ia membedakan tumbuhan Bryophyta, Cormophyta dan Anthophyta.
2.      A.W. EICHLER (1839-1887) adalah seorang ahli ilmu tumbuhan yang berkebangsaan Jerman, dan berturut-turut pemah menjadi Guru Besar di Universitas-universitas di Graz, Kiel, dan Berlin sekaligus direktur Kebun Raya di sana. Ia sangat mashur karena publikasinya mengenai diagram diagram bunga, dan editor Flora Braziliensis yang ditulis oleh Young Martius (1794-1868), yang waktu menjadi Guru Besar di Munich pernah mengambil Eichler sebagai asistennya. Eichler juga menjadi penulis bab tentang Coniferae dalam edisi pertama buku Die Naturlichen Pflanzenfamilien yang diterbitkan oleh Engler dan K. Prantl (1844-1930).
3.      RICHARD WETTSTEIN (1862-1931) adalah seorang Guru Besar ilmu tumbuhan di Wina yang pendapat-pendapatnya perihal sistem klasiflkasi tumbuhan termuat dalam bukunya Handbuch der Sistematischen Botanik. Dalam sistem klasifikasinya Wettstein menggunakan istilah "stamm" untuk kategori tertinggi, setingkat dengan sekarang "divisi". "Abteilung" untuk bagian "Stamm", yang barangkali dapat disamakan dengan sekarang "anak divisi".
4.      KARL C. METZ (1866-1944) adalah Guru Besar pada Universitas Koenigsbergen di Jerman Timor. Ia mengajukan teori, bahwa jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara tumbuhan dapat ditentukan secara serologik atau serodiagnostik melalui suatu reaksi protein.
5.      HANS HALLIER (JOHAN GOTTFRIED HALLIER) (1868-1932) adalah seorang ahli taksonomi tumbuhan berkebangsaan Belanda, yang dari 1893-1896 bekerja di Herbarium Bogor daft dalam tahun 1893/1894 ikut serta ekspedisi Nieuwenhuis ke Kalimantan, dan banyak mengumpulkan bahan - bahan tumbuhan dari pulau itu. Selain itu ia juga banyak mengumpulkan bahan-bahan tumbuhan dari sekitar Bogor dan Jakarta. Dari 1909-1922 ia bekerja di Herbarium Kerajaan di Leiden. Di antara sekian banyak publikasinya, termuat sistem klasifikasi filogenetik berdasarkan bukti paleobotani, anatomi, serologi, daft ontogeni. Ia menolak konsep Engler mengenai bunga yang masih dianggap primitif, tetapi memilih tipe strobiloid sebagai tipe bunga yang primitif. Penanganannya mengenai golongan Monocotyledoneae tidak secermat yang ia lakukan terhadap Dicotyledoneae. Dan sistem klasifikasinya memuat berbagai hal yang tidak sesuai dengan pendapat-pendapat mutakhir.

4.      Sistem Klasifikasi Kontemporer
Klasifikasi yang didasarkan pada pengkuantitatifan data penelitian taksonomi dan penerapan matematika dalam pengelolahan datanya. Sistem ini lahir akibat kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat dalam abad ke 20. Komputer telah digunakan secara luas dalam pengembangan metode kuantitatif dalam klasifikasi tumbuhan,yang melahirkan bidang baru dalam taksonomi tumbuhan yaitu : taksonomi numerik , taksometri atau taksonometri. Taksometri numeri didefinisikan sebagai metode evaluasi kuantitatif mengenai kesamaan atau kemiripan sifat antar golongan organisme dan penataan golongan-golongan itu melalui suatu analisis kelompok ke dalam kategori takson yang lebih tinggi atas dasar kesamaan-kesamaan tadi. Taksonomi numerik didasarkan pada bukti-bukti fenetik artinya atas kemiripan yang diperlihatkan objek studi yang diamati dan dicatat dan bukan atas dasar kemungkinan-kemungkinan filogenetiknya. Kegiatan-kegiatan dalam taksonomi numerik bersifat empiric operasional, dan data serta kesimpulannya selalu  dapat diuji kembali melalui observasi dan eksperimen. Langkah-langkah kegiatan yang biasanya dilakukan dalam melaksanakan kegiatannya ,meliputi :
a.       Pemilihan objek studi, yang dapat berupa individu, galus, varietas, jenis, dst. Yang terpenting adalah setiap unit-unit yang dijadikan objek studi-studi tersebut harus mewakili golongan organisme yang sedang diteliti.
b.      Pemilihan ciri-ciri yang akan diberikan angka atau skor. Jumlah ciri yang dipilih untuk pemberian angka harus cukup banyak sekurang-kurangnya 50 ciri yang masing-masing diberi kode dan selanjutnya disusun dalam bentuk table atau matriks.
c.       Pengukuran kemiripan, dengan cara membandingkan tiap ciri-ciri unit pada masing-masing takson. Besarnya kemiripan akan berkisar dari 0 (tidak ada kemiripan) sampai seratus untuk keadaan sama (identik).
d.       Analisis kelompok, matrik kemiripan ditata kembali, sehingga unit-unit takson yang memiliki kemiripan bersama yang paling tinggi dapat dikumpulkan menjadi satu. Kelompok-kelompok itu disebut fenom, dan dapat ditata secara hierarki dalam suatu diagaram yang disebut dendogram.
e.       Diskriminasi, setelah klasaifikasi dilakukan, kita dapat menelaah kembali ciri-ciri yang dilibatkan kegiatan ini untuk menemukan ciri yang paling konstan dan oleh karena paling bernilai untuk pembuatan kunci identifikasi dan diagnosis.

Tokoh-tokoh terkemuka dalam periode ini antara lain : Harold C. Bolt (1909-1987) dan R.Wittaker(1921-1980) A.Gundersen (1877-1958), dan masih banyak lagi yang diusulkan seperti : Stebbin lahir 1909, Armen L.Takhtajen lahir 1910, ada Artur Cronquist lahir 1911, Robert F.Torne lahir 1920 dan Rolf M. T.Dalgren (1932-1987).